Membantah! Hampir semua anak pernah membantah atau melawan
orangtuanya. John Gray, Ph.D., dalam Children
Are From Heaven, perlawanan seorang anak terhadap orangtuanya terjadi
karena anak mulai mempunyai kemauan, keinganan dan kebutuhan sendiri. Perilaku
tersebut juga menandakan perkembangan kemandirian pada anak. Mungkin ia sudah
merasa menjadi anak yang cukup besar yang bisa melakukan segalanya sendiri. Perasaan
tersebut membuat sikecil mudah tersinggung jika ada tekanan dari luar dirinya. Itulah
mengapa sikapnya bisa berubah saat mendengar kata-kata perintah atau
laranangan. Perubahan sikap tersebut bisa membentuk anak menjadi penurut atau
justru melakukan perlawanan. Namun, perasaan mandiri tidak selamanya jelek
sebab kemandirian itu juga bermakna bahwa anak sudah punya pendirian, potensi
yang sangat penting bagi kreativitas anak. Tidak hanya itu. Aksi perlawanan
juga bisa muncul jika ia merasa diperlakukan tidak adil. Anak tersebut diminta
melakukan sesuatu dengan cara kasar, merendahkan harga dirinya, dan dituntut
untuk menuruti kemauan orangtuanya sehingga ia melakukan tindakan perlawanan.
Hati-hati Jika Sering Terjadi
Dilarang
sedikit saja, sikecil bisa melakukan membantah, memberontak atau bahkan
melawan. Bagaimana jika perilaku tersebut sering muncul? Jangan diamkan saja.
Sebagai orangtua Anda mempunyai kewajiban untuk mengurangi kebiasaannya
tersebut. Berikut hal yang bisa Anda lakukan.
- Hargai
Anak. Sikap yang adil,
hangat, penuh kasih sayang dan cenderung menghargai anak akan melahirkan sikap
yang kooperatif pula. Inilah yang seharusnya lebih dulu diciptakan oleh
keluarga.
- Dengarkan
keluhannya. Sediakan waktu
sedapat mungkin untuk mendengarkan keluhan dan penolakan anak. Jika si kecil
merasa kebutuhan untuk dimengerti sudah terpenuhi, seketika itu sebagian besar
perjuangannya sudah selesai. Anak akan menyadari bahwa ia begitu diperhatikan
oleh orangtuanya.
- Ungkapkan
dengan Jelas. Ketika menemukan
sikapnya yang mulai menjengkelkan, ungkapkan ketidak senangan Anda dengan
kalimat jelas dan tidak memojokkan anak. Dari pada mengatakan, “ayo cepat
mandi, Mama ngak suka punya nak malas dan bau”, lebih baik katakan “Yuk, sayang
kita mandi, biar wangi dan tidak kotor setelah itu kita bermain lagi”.
- Berupaya
Lebih Akrab. Binalah
hubungan yang hangat dan akrab dengan sikecil. Makin menyenangkan anak dimata
sikecil, tentu ia akan lebih terbuka. Jangan lupa tanamkan nilai-nilai moral,
dan norma sosial yang berlaku.
- Beri
Hukuman. Jika cara diatas
tidak juga berhasil, perlu upaya lain untuk terus mengingatkannya. Salah satunya
dengan memberikan hukuman. Gunakan hukuman langsung yang terasa akibatnya. Misalnya, “kalau kami tidak merapikan mainan
yang berserakan ini, mama akan simpan ditempat tersembunyi dan kamu tidak dapat
bermain sampai besok sore.” Namun, hindari hukuman fisik dan kata-kata tajam.
Selamat
mendidik
Referensi
:
Growing
up usia 5 – 6 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar