Jumat, 28 Februari 2020
Rabu, 18 Januari 2017
Adik Boleh Mengapa Aku Tidak?....
Anak saya ngambek mendengar adiknya mengatakan bahwa ia memiliki alat tulis
baru yang bagus, harganya sedikit lebih mahal dibandingkan yang ia miliki.
Belakangan anak saya Yefta (9 tahun) mulai belajar memprotes Privilege dan
membandingkan apa yang ia miliki dibandingkan adiknya. Namun, kali ini protes
bocah itu lebih hebat dari biasanya.
Antara Iri dan
Cemburu
Iri sering disamakan denga cemburu, padahal berbeda. Bea Wehry,Ph.D. Praktisi pendidikan dan konseling
berpengalaman 40 tahun, yang juga pernah mengajar di Western Illinois
University di Macomb, Illinois dalam paper ilmiahnya Dealing with Jealously Issuues menyebutkan pendapat Parrot dan
Smith (1993) yang melaporkan 2 eksperimen yang menyelidiki secara empiris
perbedaan antara iri dan cemburu.
- Iri dicirikan oleh perasaan Inferior (Rendah Diri)
- Cemburu dicirikan oleh rasa Takut Kehilangan, Ketidak Percayaan, dan Kecemasan.
- Pertama membantu anak terbuka dengan cara berbicara secara terbuka. Dalam hal ini orangtua tentu harus menjadi pendengar yang baik.
- Dan yang kedua dengan mempelajari dan menghargai emosi-emosi anak.
Kekeliruan terbesar saya sebagai orangtua (dan orang dewasa lainnya) terkadang
dalam menyikapi iri anak pada saudara kandungnya adalah mencoba membuat alasan
untuk menghilangkan perasaan-perasaan negative tersebut.
Berikut ini langkah-langkah untuk menyikapi rasa iri si kecil terhadap
saudara kandungnya yang mengacu pendapat para pakar.
- Cari Tahu Duduk Perkaranya. Orangtua bisa memulai dengan meminta anak menceritakan kejadian yang dialami anak dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan terbuka tentang kejadian-kejadian tersebut. Misalnya ketika di mengambek dan mengatakan, “Mommy curang!”, orangtua dengan lembut bis bertanya, “Ada apa Sayang? Mau cerita ke Mommy? Jika ia bersedia gunakanlah pertanyaan terbuka untuk mengali informasi. Misalnya, “Kenapa kamu bilang Mommy curang?”
- Siapkan Anak Untuk Mengungkapkan Perasaan. Setelah menyampaikan ceritanya, anak sebaiknya didorong untuk mengatakan bagaimana perasaan mereka ketika kejadian itu berlangsung.
- Empati dan Pengertian. Manusia yang belajar menerima emosi yang saling berlawanan dan kompleks berarti sedang belajar menerima dirinya (termasuk anak). Anak bisa menerima dirinya jika orangtua menerima perasaannya. Penerimaan orang tua akan membentuk anak mengetahui bahwa orangtua memahami situasinya sehingga dorongan kemarahan dalam dirinya berkurang (minimal tidak bertambah).
Nah, ketika anak mencoba
mengungkapkan perasaanya dengan sungguh-sungguh, kita bisa mengatakan sesuatu seperti
“Yefta, kedengarannya Yefta benar-benar marah waktu Yefta tahu pulpen adik sedikit lebih mahal?” Lalu berikan
penjelasan konkret, dan bagaimana mengekspresikan rasa iri tanpa kekerasan atau
manipulative. Pastikan juga diri Anda tidak pernah mengumpat umpat perkataan
iri terhadap orang lain di depan mereka.
=Selamat Mendidik Dengan Penuh Lika Liku=
Sumber bacaan: Growing up, Parents Guide
Jumat, 31 Oktober 2014
Mengasihi Tanpa Memanjakan
Waktu
terus berlalu dengan cepat, rasanya saya sedang berlari sekuat tenaga mengejar
detik-demi detik yang terlewatkan setiap hari. Anak-anak juga semakin bertumbuh
besar dan mulai memiliki rasa ingin tahu, ingin memiliki, ingin diperhatikan,
ingin mengeluarkan pendapat yang yang diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda
setiapkalinya.
Ketika
kita mendidik anak, kerap kali yang terpikir adalah bagaimana menanamkan
kebiasaan baik dan kalau memasukkan anak ke sekolah yang terbaik. Kita berusaha
melatih anak agar mereka bisa mandi, mengosok gigi, memakai baju atau sepatu
sendiri. Setelah bersekolah, mereka kita harapkan untuk dapat menyiapkan buku,
mengerjakan PR dan belajar sendiri tanpa diperintah. Kita juga berusaha agar
anak taat pada aturan-aturan yang kita terapkan. Anak perlu hidup teratur.
Karena kita mengatur jam berapa mereka harus tidur dan bangun, jam berapa main
dan jam berapa makan dan seterusnya. Selain itu, kita jugelarang anak untuk
berbohong, mencuri, , memukul, atau memaki-maki orang lain dengan kata-kata
tidak senonoh. Membiarkan anak dan mendisiplin mereka dalam hal demikian adalah
kewajiban mutlak buat kita sebagai orang tua.
Memberi
teladan bukan suatu hal yang mudah,
karena tingkah laku yang baik harus dimulai dari diri sendiri. Sebelum
mengkoreksi tingkah laku anak yang baik harus dimulai dari diri sendiri.
Sebelum mengkoreksi tingkah laku anak, kita perlu menguji diri, apakah kita
sudah berperilaku baik. Biasanya kita akan mendapati beberapa pola tingkah laku
kita ternyata kurang pantas diteladani oleh anak-anak. Meskipun demikian,
tidaklah mudah bagi kita untuk mengubah sesuatu yang telah menjadi kebiasaan.
Mengubah
kebiasaan lama yang kurang baik memang tudak mudah. Meskipun demikian, kita
wajib meninggalkan pola lama kita. Ketika kita percaya Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat, sesungguhnya kita sudah dibekali dengan kemampuan untuk
berbuat baik dan memperbaiki karakter kita.
Mendisiplinkan Sambil Mengarahkan
Hati Anak
Bagi
anak, kegiatan mendisiplin pada umumnya dianggap sebagai perlakuan orang tua
yang tidak menyenangkan. Tidak jarang anak marah dan mungkin juga mengalami
sakit hati karena menerima hukuman. Karena itu, mendisiplin haruslah dilakukan
bukian sekedar memberi peraturan dan menerapankan hukuman, melainkan juga perlu
disertai dengan pengajaran dan kasih.
Prinsip
bahwa di balik hajaran ada pula pengajaran dapat kita baca dalam Ibrani 12:5,6.
Dalam bagian ini, Tuhan meminjam contoh gambaran seputar hubungan ayah dan
anak, seakan-akan hendak menyatakan bahwa seharusnya seorang ayah
memperingatkan dan mendidik anak yang dikasihinya. Hal itu berarti bahwa kita
perlu memberitahu mengapa kita perlu menetapkan peraturan dan memberi hukuman
pada tertentu pada anak. Pemberitahuan
itu akan mencegah kita berlaku sewenang-wenang, dan dipihak anak, mereka
mengetahui mengapa mereka dilarang melakukan dan tertentu dan apa yang mereka
boleh lakukan sebagai gantinya. Apabila kita melakukan kesalahan dalam mendidik
mereka, misalnya karena salah menuduh atau terlalu keras menghukum, kita tentunya perlu meminta maaf.
Namun, si anak tetap perlu mendapat pemberitahuan mengenai kesalahan yang telah
dilakukan. Agar anak tidak sampai sakit hati berkepanjangan, anak perlu
menghayati kasih kita terhadapnya. Pengalaman anak berama orangtua seharusnya
menyenangkan dan lebih banyak diwarnai kegembiraan. Peraturan, larangan,
hukuman, penerimaan, penghargaan, maupun pujian membuat anak belajar dari
orangtua tentang Tuhan yang juga menghargai ketertiban hidup dan juga
kekudusan.
Mengasihi Tanpa Memanjakan
Ada
begitu banyak cara yang dilakukan anak untuk mendapatkan perhatian orangtua,
bahkan banyak orangtua yang memberikan semua keinginan anak demi mencukupi
‘standart’ kasih sayang menurut orangtua. Saya dan suami memang harus bekerja
ekstra demi mencukupi kebutuhan, ada kala ingin memberikan semua keinginan anak
pada weekend demi kebahagiaan mereka.
Agar anak memiliki hati yang mengasihi, ia perlu mendapatkan kasih sayang yang
memadai dari orangtuanya. Bagi orangtua, bukanlah hal yang mudah untuk
menciptakan suasana penuh kasih. Beberapa orangtua harus bergumul dengan sifat
kurang sabar sebagai dampak dari pengalaman pahit pada masa lalu. Orangtua yang
menjadi korban penolakan atau dihukum secara berlebihan pada masa kecilnya akan
melampiaskan kemarahan yang kurang beralasan kepada anak-anak mereka.
Akibatnya, anak yang tak berdaya harus menerima segala perlakuan buruk
orangtuanya.
Kesulitan
lainnya adalah kurang tepatnya orangtua menerjemahkan serta menerapkan kasih.
Sebagian orangtua menyangka bahwa mengasihi anak itu sma artinya dengan
memmanjakan anak. Cukup sering orangtua merasa telah mengasihi anak, tetapi
yang orangtua lakukan adalah memberikan apa saja yang anak inginkan. Padahal dengan
cara mengasihi seperti inilah, anak tidak belajar mengendalikan dirinya. Sebab,
anak terbiasa memperoleh sesuatu dengan mudah. Selain itu, anak lalu cenderung
mementingkan diri dan justru kurang mampu saling berbagi kasih dengan orang
lain. Untuk menumbuhkan kasih, kita perlu meletakkannya dalam bingkai
ketertiban dan keteraturan.
Ada
kalanya orangtua dikaruniai anak yang kurang menarik, memiliki kelemahan baik
secara fisik, gangguan cromosom, atau mental. Belasan tahun saya mendidik
mereka dan mengenal mereka dengan baik dan begitu kental sehingga menjadi
bagian inspirasi terbesar saya, baik orangtua maupun anak ada kala merasa
terpukul dengan kondisi tersebut. Keadaan demikian menuntut orangtua untuk lebih
serius lagi untuk menerima dan mengasihi anak mereka.
Persoalan
lain adalah keterbasan waktu yang dimiliki oleh orangtua dan anak. Ketidak
hadiran orangtua dalam hidup anak akan membuat anak berfikir bahwa dirinya
tidaklah penting. Beberapa anak yang saya temui di sekolah atau beberapa
mahasiswa/i saya mengembangkan pemikiran bahwa dirinya tidak pantas dikasihi.
Sebagai akibatnya, anak-anak yang kekurangan perhatian dari keluarga akan
berupaya segenap daya agar diri mereka mendapat perhatian dari orang lain. Agar
anak mendapatkan perhatian yang cukup, orangtua perlu merancang waktu dan
menjadwalkan kegiatan kebersamaan dengana anak setiap harinya. Waktu untuk
kebersamaan dengan anak perlu dibuat dengan kesungguhan dan diberi prioritas
yang memadai.
Yang
tak kalah penting adalah terciptanya suasana pernikahan yang penuh kasih.
Orangtua harus memelihara kesetiaan terhadap pasangan agar anak dapat
menyaksikan bagaimana kasih itu dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Melalui
pernikahan orang tua yang sehat, anak belajar untuk menerapkan kasih pada
oranglain dalam bentuk kesetiaan.
Semoga
Tuhan Menolong kita untuk menjadi keluarga Kristus yang memancarkan kasih
dimanapun kita berada..
Sumber bacaan:
Elia, Heman. 2010. Membentuk Sikap Hati
Anak. Yogyakarta: PT. Gloria Utama Mulia.
Gunadi, Paul. 2009. Bantal Keluarga.
Jakarta: Metanoia
Rabu, 08 Januari 2014
G
O L D E N K I D S
PUSAT
PELATIHAN, BIMBINGAN BELAJAR,
HOMESCHOOLINGdan SHADOW
TEACHER
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia atau yang dikenal FKIP
– UKI Jakarta telah membuka laboratorium yang berfungsi sebagai
sekolah Anak Berkebutuhan Khusus dengan Metode Home schooling dikombinasi
dengan Sekolah Alam. Dengan Visi Menjadikan anak ABK hidup mandiri dan memiliki
keterampilah dan menggali kemampuan anak untuk dikembangkan sebagai modal
kemandiriannya dimasa yang akan datang. Golden Kids hadir melayani dengan KASIH yang
tulus dan biaya yang sangat terjangkau
Mencocokan Gambar |
Meronce |
Bermain Bersama |
Dengan Kurikulum 9 Kecerdasan Jamak Howard Gardner diharapkan Siswa menjadi Mandiri dan
menemukan Potensi diri. Dilengkapi
dengan Programer Kurikulum, Dokter Sp.Kj, Psikolog, Konselor, dan tenaga
Terapis
Kelas yang disiapkan
|
Clasical :
Pagi Pukul 09.00 – 12
Siang Puk ul 13.00 – 15.30
|
Home dan Shadow Teacher:
Disesuaikan dengan waktu
anak dengan durasi 1 jam 30 menit.
|
Kapasitas kelas
maksimal 5 siswa dengan 3 pengajar
Kegiatan bulanan mencakup
:
- Berenang
- Memasak
- Binadiri
- Melukis
- Temu dokter per enam bulan
- Tes Psikologi
- Acara Keagamaan
- Field Trip
- Dan berbagai kegiatanpengembangan pontensi diri
Kegiatan Berbagi Di Kebun Binatang Ragunan |
Belajar membuat susu di Cimory |
Berlokasi di Kampus UKI (Universitas Kristen Indonesia)
Gedung Ekonomi lt. 2
telp. 021-8092425 / 8009190 ext. 314atau
Ms Melda 081317188336
Ms Ririn 085216888066
Rabu, 02 Oktober 2013
Anakku Mulai Membantah
Membantah! Hampir semua anak pernah membantah atau melawan
orangtuanya. John Gray, Ph.D., dalam Children
Are From Heaven, perlawanan seorang anak terhadap orangtuanya terjadi
karena anak mulai mempunyai kemauan, keinganan dan kebutuhan sendiri. Perilaku
tersebut juga menandakan perkembangan kemandirian pada anak. Mungkin ia sudah
merasa menjadi anak yang cukup besar yang bisa melakukan segalanya sendiri. Perasaan
tersebut membuat sikecil mudah tersinggung jika ada tekanan dari luar dirinya. Itulah
mengapa sikapnya bisa berubah saat mendengar kata-kata perintah atau
laranangan. Perubahan sikap tersebut bisa membentuk anak menjadi penurut atau
justru melakukan perlawanan. Namun, perasaan mandiri tidak selamanya jelek
sebab kemandirian itu juga bermakna bahwa anak sudah punya pendirian, potensi
yang sangat penting bagi kreativitas anak. Tidak hanya itu. Aksi perlawanan
juga bisa muncul jika ia merasa diperlakukan tidak adil. Anak tersebut diminta
melakukan sesuatu dengan cara kasar, merendahkan harga dirinya, dan dituntut
untuk menuruti kemauan orangtuanya sehingga ia melakukan tindakan perlawanan.
Hati-hati Jika Sering Terjadi
Dilarang
sedikit saja, sikecil bisa melakukan membantah, memberontak atau bahkan
melawan. Bagaimana jika perilaku tersebut sering muncul? Jangan diamkan saja.
Sebagai orangtua Anda mempunyai kewajiban untuk mengurangi kebiasaannya
tersebut. Berikut hal yang bisa Anda lakukan.
- Hargai
Anak. Sikap yang adil,
hangat, penuh kasih sayang dan cenderung menghargai anak akan melahirkan sikap
yang kooperatif pula. Inilah yang seharusnya lebih dulu diciptakan oleh
keluarga.
- Dengarkan
keluhannya. Sediakan waktu
sedapat mungkin untuk mendengarkan keluhan dan penolakan anak. Jika si kecil
merasa kebutuhan untuk dimengerti sudah terpenuhi, seketika itu sebagian besar
perjuangannya sudah selesai. Anak akan menyadari bahwa ia begitu diperhatikan
oleh orangtuanya.
- Ungkapkan
dengan Jelas. Ketika menemukan
sikapnya yang mulai menjengkelkan, ungkapkan ketidak senangan Anda dengan
kalimat jelas dan tidak memojokkan anak. Dari pada mengatakan, “ayo cepat
mandi, Mama ngak suka punya nak malas dan bau”, lebih baik katakan “Yuk, sayang
kita mandi, biar wangi dan tidak kotor setelah itu kita bermain lagi”.
- Berupaya
Lebih Akrab. Binalah
hubungan yang hangat dan akrab dengan sikecil. Makin menyenangkan anak dimata
sikecil, tentu ia akan lebih terbuka. Jangan lupa tanamkan nilai-nilai moral,
dan norma sosial yang berlaku.
- Beri
Hukuman. Jika cara diatas
tidak juga berhasil, perlu upaya lain untuk terus mengingatkannya. Salah satunya
dengan memberikan hukuman. Gunakan hukuman langsung yang terasa akibatnya. Misalnya, “kalau kami tidak merapikan mainan
yang berserakan ini, mama akan simpan ditempat tersembunyi dan kamu tidak dapat
bermain sampai besok sore.” Namun, hindari hukuman fisik dan kata-kata tajam.
Selamat
mendidik
Referensi
:
Growing
up usia 5 – 6 tahun
Senin, 16 September 2013
Merengek Lagi.. Lagi.. lagi Merengek
“Ma, aku mau boneka itu,” pinta
Jeanet sambil menunjuk boneka baru milik temannya.
“Loh, de.. kamukan ada boneka panda yang sama, nih lihat
samakan” bujuk saya sambil menunjukan boneka panda coklat miliknya. “Ngak mau,
aku maunya yang itu yang pink” desak putri kecil saya yang kala itu berusia 3,5
tahun..
Merengek! Hampir semua anak pernah merengek. Perilaku tersebut
merupakan hal yang biasa pada anak-anak dan bukan pertanda sikap manja. Merengek merupakan bentuk ekspresi rasa
frustasi dan rasa tidak bahagia anak. Oleh karena itu si kecil akan cenderung
merengek saat dirinya merasa lelah, sakit, kesal, lapar atau bosan. Merengek
juga akan timbul karena kata ‘tidak’ dari orangtua. Dengan merengek si kecil
berharap bisa mengubah kata ‘tidak’ menjadi kata ‘ya’. Kebiasaan tersebut
biasnya dimulai dari usia batita dan terus berlangsung hingga tahun-tahun awal
masa sekolah.
Agar hal itu tidak terjadi pada buah hati Anda, cermati
beberapa kiat berikut:
-
Ajarkan komunikasi efektif
Berikan
contoh yang baik bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Jika sikecil
menginginkan sesuatu, ajarkan ia berkata, “ma, aku mau mobil-mobilan itu. Boleh,
tidak ?”
-
Beri perhatian
Anak
kerap merengek karena ingin mendapatkan perhatian orangtuanya. Oleh karena itu,
sesibuk apapun Anda, sebaiknya jangan lupa untuk memberi perhatian kepada buah
hati Anda. Banyak cara bisa dilakukan, misalnya dengan menelponnya saat Anda
sibuk dikantor atau sedang tak ada dirumah.
-
Alihkan
konsentrasinya
Saat
anak meminta sesuatu sambil menangis, jelaskan bahwa rengekannya itu tidak akan
berhasil, Anda mau mendengarkannya jika ia menggunakan suara biasa. Jika cara
ini tidak berhasil, tidak ada salahnya jika Anda mengalihkan konsentrasinya
pada hal lain yang menarik perhatiannya.
-
Biarkan
anak membuat keputusan
Bantulah
anak agar lebih mempunyai kontrol
terhadap dirinya.
-
Berikan reward
Ajarkan
anak Anda meminta sesuatu secara sopan meskipun cara itu tidak menjamin
permintaannya dipenuhi. Anak harus belajar bahwa
segala keinginannya tidak harus terpenuhi.
-
Orangtua jangan merengek
Jika
sekali waktu, tanpa sadar Anda meminta pada anak atau pasangan, dengan cara
merengek, jangan salahkan anak jika mencontohnya.
-
Penuhi kebutuhan dasarnya
Kondisi
lelah, lapar, atau sakit bisa membuat anak rewel dan suka merengek.
Referensi
:
Growing
up usia 5 – 6 tahun
Selasa, 10 September 2013
Mempersiapkan Jari Tangan si Mungil Untuk Menulis
Sebenarnya
Kesiapan menulis dimulai dari tempat bermain anak, bukan didalam kelas atau
bahkan diatas meja belajar. Mungkin banyak diantara kita yang mengangap bahwa
latihan menggunakan alat tulis seperti crayon, pensil, spidol ataupun pulpen
adalah cara yang paling tepat untuk memulai mengajarkan anak dengan kegiatan
menulis.
Menulis
adalah suatu aktifitas yang kompleks yang mencakup gerakan tangan, jari, dan
mata secara terintegrasi. Banyak sekali kemampuan yang terlihat ketika sikecil
sedang duduk menulis goresan sederhana
Seperti yang dilakukan oleh putri
kecil saya Jeanet saat berusia 2 tahun.
Sebelum
si kecil siap untuk menulis, ada baiknya terlebih dahulu diperkenalkan kegiatan yang mendukung
kemampuan menulis atau yang biasanya disebut kegiatan pra menulis. Pada kegiatan
ini motorik halus sebagai kemampuan dasar yang harus dikuasai untuk menulis
dilatih, disamping juga untuk menumbuhkan minat dan motivasi anak untuk menulis
dan belajar.
Berikut ini adalah beberapa
contoh kegiatan pra menulis yang menyenangkan bagi si kecil, antaralain:
v Mari
Menabung
Alat yang
dibutuhkan:
-
Kotak atau kardus sepatu yang salah satu sisinya
sudah dilubangi 2 atau 3 lubang dengan cutter, usahan lubang berada tidak
sejajar/searah satu dengan yang lainnya, hal ini agar permainan lebih bervariasi
dan bertantangan
-
Koin/kancing baju (lebih baik dengan
bermacam-macam ukuran)
Permainan
ini melatih pola pegang alat tulis (3 jari), koordinasi mata tangan, serta
melatih kecekatan dan keluwesan jari tangan serta pergelangan tangan (bila anak
mencoba memasukkan koin/kancing dengan berbagai macam posisi lubang.
v Membantu
Menjemur
Alat yang
dibutuhkan:
-
Jepitan jemuran
-
Gambar favorit anak, foto, saputangan, kaus kaki
si kecil
-
Tali (terbentang diikat diantara 2 kursi kecil)
Permainan
melatih pola pegangan alat tulis (3 jari), melatih kekuatan jari-jari,
koordinasi dua tangan, serta koordinasi mata-tangan.
v Memasukkan Kacang Hijau kedalam Sedotan.
Alat yang
dibutuhkan:
-
Sedotan plastik besar dan kacang hijau
Permainan
ini melatih pola pegang alat tulis, koordinasi dua tangan, koordinasi
mata-tangan, melatih kecekatan dan keluwesan jari tangan serta melatih konsentrasi
dan kesabaran si kecil.
v Bermain
Pipet air
Alat yang
dibutuhkan:
-
Pipet (bisa dibeli diapotek)
-
Air (lebih baik ditambahkan dengan pewarna
makanan)
Permainan
ini melatih koordinasi mata-tangan, melatih kontrol kekuatan dan gerakan jari
tangan si kecil.
Kegiatan-kegiatan
diatas merupakan sebagian kecil yang bisa dikembangkan menjadi puluhan kegiatan
pra menulis yang bertujuan untuk mempersiapkan jari si kecil sekaligus menjadi
pengalaman bermain yang menyenangkan buat si kecil.
Selamat
bermain.....
Referensi:
Marsha
Dunn Klein. Pre Writing Skills. Therapy skills builders, Arizona, 1990
Langganan:
Postingan (Atom)